Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan
untuk bayi dan anak dapat berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1.
Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan
anak mampu makan sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan ibu. Ibu
yang tegang, cemas, mudah marah merupakan suatu kecenderungan untuk menimbulkan
kesulitan makan pada anak.
2.
Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin
mempunyai tujuan menunjang proses metabolisme yang normal, untuk pertumbuhan,
menciptakan hubungan lekat ibu dan anak, mengurangi resiko terjadinya
hipoglikemia, hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan azotemia.
3.
Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang
mengatur keperluan akan makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri
akan kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
4.
Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5.
Menentukan jadwal pemberian makanan
bayi.
6.
Umur.
7.
Berat badan.
8.
Diagnosis dari penyakit dan stadium
(keadaan).
9. Keadaan mulut
sebagai alat penerima makanan.
10.
Kebiasaan makan (kesukaan,
ketidaksukaan dan acceptability dari jenis makanan dan toleransi daripada
anak terhadap makanan yang diberikan).
11.
Gaya hidup orang tua
12.
Kemiskinan
Ø Faktor penyebab
masalah gizi pada bayi
Masalah gizi
merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait. Terdapat dua faktor
langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan
penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung
pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang.
Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang terkait dengan
tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan.
Faktor penyebab
langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai
kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI eksklusif. Faktor
penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya
kejadian penyakit menular terutama diare dan penyakit pernapasan akut (ISPA).
Faktor ini banyak terkait mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi,
kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan hidup
terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup
sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban,
tidak merokok , sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain
yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga, khususnya pangan
untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang
bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas
pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan
pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses
informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu,
Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi dan
ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah
gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah
dua tahun (baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari
ibunya, dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum
bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan
makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya ketersediaan
pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya
pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan
baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang
rawan ketika harus mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini
sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang
terjadi tiba-tiba.
Intervensi
gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan cara bayi
tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak
dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila
tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula
dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar